HARIAN KALBAR (KUBU RAYA) – Pagi itu, Masjid Al-Isro’ di kawasan Bandara Supadio terlihat berbeda. Bukan karena sebuah perayaan megah tengah digelar, melainkan karena belasan anggota polisi berseragam lengkap tampak sibuk memegang sapu, kain pel, dan ember. Sebagian menyapu lantai serambi, sebagian lagi mengelap dinding dan lantai masjid, sementara lainnya membawa kantong plastik berisi sembako. Senyum mereka tulus, peluh pun tak dihiraukan.
Inilah cara sederhana namun bermakna yang dilakukan Polsek Kawasan Bandara Supadio dalam memperingati Hari Bhayangkara ke-79 Tahun 2025. Tanpa panggung, tanpa seremoni panjang, mereka memilih menunjukkan aksi nyata: membersihkan rumah ibadah dan berbagi dengan para marbot—penjaga sunyi masjid yang selama ini bekerja tanpa sorotan.
Kapolsekwas Bandara Supadio, Iptu Yuyun Rukmana, memimpin langsung kegiatan yang berlangsung pada Jumat pagi 27 Juni 2025. Ia tak sendiri; seluruh Kanit, personel, serta Bhayangkari yang dipimpin oleh istrinya, Ny. Een Yuyun Rukmana, turut turun tangan, menyatu dengan suasana yang hangat dan penuh kekeluargaan.
“Bukan soal seberapa besar bantuannya, tapi soal bagaimana kita hadir dan dirasakan masyarakat,” ujar Iptu Yuyun melalui Kasubsi Penmas Polres Kubu Raya, Aiptu Ade, Sabtu 28 Juni 2025.
Menurutnya, Hari Bhayangkara bukan sekadar peringatan institusi, melainkan juga momentum untuk kembali menyapa masyarakat dan mengingatkan diri akan esensi pengabdian. “Sebelum kami merayakan apa pun, kami ingin hadir dulu. Membersihkan rumah ibadah, menyapa marbot yang dengan diam-diam menjaga kebersihan dan ketenangan masjid,” lanjut Ade.
Di akhir kegiatan, bingkisan sederhana berisi kebutuhan harian diserahkan kepada para marbot. Ekspresi haru tampak jelas di wajah mereka. “Biasanya kami yang bersih-bersih. Hari ini dibersihkan. Terima kasih banyak kepada seluruh personel Polsekwas Bandara Supadio,” ucap salah satu pengurus masjid dengan suara pelan namun penuh makna.
Acara ditutup dengan doa bersama, memohon kelancaran dan keselamatan bagi seluruh personel Polri dalam menjalankan tugas pengabdian kepada bangsa dan negara.
Hari itu, seragam cokelat bukan hanya simbol kewenangan, tetapi juga cerminan kepedulian. Lewat sapu, pel, dan tangan terbuka, polisi hadir bukan sebagai penjaga jarak, tetapi sebagai bagian dari masyarakat yang mereka lindungi. Sebuah pesan sederhana namun kuat: melayani dan mengayomi, bukan sekadar slogan—tetapi nyata. (*)