HARIAN KALBAR (KUBU RAYA) – Konferensi dan pameran terbesar petani sawit di Indonesia, 5th Indonesian Palm Oil Smallholder Conference and Expo (IPOSC), siap dibuka besok di Hotel Q Qubu Resort, Kubu Raya, Kalimantan Barat. Acara bergengsi yang digagas Perkumpulan Forum Petani Kelapa Sawit Jaya Indonesia (POPSI) bersama Media Perkebunan ini bakal menghadirkan ratusan petani, perusahaan perkebunan, serta masyarakat umum.
Ketua Panitia IPOSC sekaligus Sekjen POPSI, Hendra J Purba, mengajak seluruh petani dan perusahaan sawit di Kalbar hadir dalam perhelatan tersebut. Menurutnya, saat ini petani memegang peranan penting dalam industri kelapa sawit nasional. “Luas lahan yang dimiliki petani sudah mencapai 42 persen dari total perkebunan sawit Indonesia. Dengan fleksibilitas yang ada, porsinya diperkirakan akan terus meningkat dan berpotensi melampaui perusahaan besar,” ujarnya.
Hendra menegaskan, petani sawit adalah *game changer bagi masa depan industri. Jika persoalan produktivitas rendah bisa diatasi, daya saing sawit Indonesia akan tetap terjaga bahkan semakin kuat, baik menghadapi produsen global maupun komoditas minyak nabati lain. Sebaliknya, jika dibiarkan, sawit bisa bernasib sama seperti gula dan kakao yang merosot drastis dari eksportir unggulan menjadi importir.
IPOSC menjadi ruang strategis bagi petani untuk meningkatkan produktivitas. Puluhan stan akan menampilkan produk unggulan mulai dari kecambah sawit resmi, pupuk kimia maupun organik, pestisida ramah lingkungan, hingga alat dan mesin perkebunan. “Di Kalbar, peredaran benih sawit ilegitim masih cukup tinggi. Melalui IPOSC, akses petani terhadap produsen benih resmi kini terbuka lebar. Tidak ada lagi alasan sulit mendapatkan benih unggul,” tegas Hendra.
Selain benih, kebutuhan pupuk hingga solusi pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) juga tersedia dari berbagai produsen. Kehadiran perusahaan alat dan mesin perkebunan akan melengkapi upaya peningkatan efisiensi, yang disebut Hendra sebagai kunci utama agar sawit Indonesia tetap kompetitif.
Tak hanya penting bagi petani, IPOSC juga relevan untuk perusahaan perkebunan. Hendra mengingatkan bahwa produktivitas petani di sekitar wilayah perusahaan akan memengaruhi harga dan daya saing CPO secara nasional. “Perusahaan tidak cukup hanya membeli TBS dari petani. Harus ada pembinaan serius melalui kemitraan yang terstruktur. Di IPOSC, perusahaan bisa langsung berdialog dengan organisasi petani untuk mencari solusi bersama,” jelasnya.
Dengan agenda konferensi dan expo yang memfasilitasi sinergi antara petani dan perusahaan, IPOSC diharapkan menjadi momentum penguatan industri sawit nasional dari hulu ke hilir. “Kepentingan kita sama, mari bekerjasama demi masa depan sawit Indonesia yang lebih kuat,” pungkas Hendra. (*)