HARIAN KALBAR (PONTIANAK) – Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, resmi melantik jajaran direksi baru Perumda Air Minum (PDAM) Tirta Khatulistiwa setelah melalui proses seleksi panjang yang berlangsung hampir empat bulan. Pelantikan digelar setelah seluruh tahapan panitia seleksi rampung dan memperoleh persetujuan dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Adapun direksi yang dilantik yaitu Abdullah sebagai Direktur Utama, Muhammad Zulhiyardi sebagai Direktur Pelayanan, serta Agus Darius sebagai Direktur Administrasi dan Keuangan. Sementara calon Direktur Teknik belum disetujui Kemendagri karena belum memenuhi syarat.
“Kita ingin direksi bekerja secara profesional. Yang terpenting masyarakat puas dengan layanan air bersih PDAM—alirannya lancar, bersih, jernih, dan tekanannya baik,” ujar Wali Kota usai pelantikan di Aula PDAM Tirta Khatulistiwa, Selasa 2 Desember 2025.
Edi menyampaikan bahwa cakupan layanan air bersih di Kota Pontianak saat ini telah mencapai 91,7 persen, dengan target menuju 100 persen dalam beberapa tahun ke depan. Namun pencapaian itu tidak mudah karena membutuhkan investasi besar, terutama untuk mengatasi angka kebocoran air yang masih 30,4 persen serta penggantian jaringan pipa lama.
“Secara hasil uji lab, air PDAM sudah layak minum. Tapi ketika mengalir ke rumah warga, ada yang masih terkontaminasi bakteri E. Coli atau kurang jernih. Permasalahan utama ada pada pipa distribusi,” ungkapnya.
Beberapa titik pipa telah diganti dalam dua tahun terakhir, termasuk di kawasan Sungai Jawi dan Perdana. Namun perbaikan selanjutnya harus dilakukan bertahap karena kebutuhan investasi diperkirakan mencapai lebih dari Rp1 triliun.
“Seluruh target itu telah dituangkan dalam perjanjian kinerja. Karena itu, saya meminta seluruh direksi bekerja keras dan fokus meningkatkan kualitas layanan air bersih bagi masyarakat Pontianak,” tegas Edi.
Direktur Utama PDAM Tirta Khatulistiwa, Abdullah, menegaskan pihaknya akan langsung menindaklanjuti arahan Wali Kota. Hingga tahun 2030, PDAM menargetkan cakupan layanan mencapai 97 persen dengan penambahan sekitar 19.800 sambungan rumah.
“Dengan bertambahnya pelanggan, otomatis konsumsi meningkat. Maka kapasitas instalasi juga harus ditambah. Instalasi di Nipah Kuning dan Sungai Jawi Luar dalam waktu dekat dapat beroperasi. Kami juga menambah kapasitas di Parit Mayor, Selat Panjang, dan Sungai Jawi Luar,” jelasnya.
Ia menilai tantangan terbesar PDAM berasal dari faktor alam. Struktur tanah gambut di Pontianak membuat air Sungai Kapuas berubah warna saat musim hujan. Pada musim kemarau, intrusi air laut turut mempengaruhi kualitas air baku karena letak instalasi yang berada dekat muara.
“Namun kami tidak tinggal diam. Kami turun ke masyarakat untuk terus melakukan optimalisasi,” katanya.
Terkait pencurian air, Abdullah mengakui kasus tersebut masih terjadi. Dalam sebulan, selalu ada beberapa laporan. Penanganan dilakukan secara persuasif dengan pendampingan kepolisian dan TNI.
“Target kami, tingkat kebocoran terus bisa ditekan,” tegasnya.
Abdullah kembali menegaskan bahwa PDAM tetap berkomitmen pada target 100 persen akses air bersih. Untuk sekitar 3 persen wilayah yang tidak dapat dijangkau jaringan pipa, layanan akan diberikan melalui hidran umum atau armada tangki air.
“Intinya, berdasarkan visi-misi pemerintah kota, pelayanan air bersih adalah kewajiban yang harus kami penuhi,” pungkasnya. (*)


