Tenun Corak Insang Pontianak Tampil Memukau di Munas APEKSI VII Surabaya

Ketua Dekranasda Kota Pontianak Yanieta Arbiastutie mengenakan pakaian Tenun Corak Insang khas Pontianak pada Fashion Show Ladies Program APEKSI di Surabaya. Foto ist.

HARIAN KALBAR (SURABAYA) – Suasana hangat dan penuh warna menyelimuti rangkaian Musyawarah Nasional (Munas) VII Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) yang digelar di Hotel Sheraton Surabaya, Kamis 8 Mei 2025. Salah satu agenda istimewa dalam ajang ini adalah Ladies Program yang mengusung tema “Dari Perempuan untuk Negeri”, diikuti oleh para Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dari 98 kota se-Indonesia, termasuk Kota Pontianak.

Ketua Dekranasda Kota Pontianak, Yanieta Arbiastutie, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar ajang pertemuan, melainkan momentum penting untuk memperkuat kolaborasi antar daerah dalam memberdayakan perempuan sebagai penggerak pembangunan.

Bacaan Lainnya

“Ini bukan pertemuan biasa. Di sini kami berbagi pengetahuan, menjalin kolaborasi lintas daerah, dan yang paling menarik, menampilkan kekayaan budaya lokal lewat fashion show wastra nusantara,” ungkap Yanieta.

Dalam sesi fashion show, Kota Pontianak mempersembahkan Tenun Corak Insang—kain tradisional khas Kalimantan Barat yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak 2017. Keunikan tenun ini terletak pada motifnya yang terinspirasi dari bentuk insang ikan, serta gradasi warnanya yang mampu berubah saat terkena cahaya, memberikan kesan hidup dan dinamis.

“Tenun Corak Insang memiliki daya tarik tersendiri, tidak kalah cantik dengan tenun daerah lain. Kami bangga bisa memperkenalkannya di forum nasional ini,” lanjut Yanieta.

Tak hanya fokus pada promosi budaya, Dekranasda Kota Pontianak juga terus mengembangkan potensi lokal melalui pelatihan menenun. Langkah ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan warisan budaya sekaligus membekali para pengrajin agar siap memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang.

“Promosi harus sejalan dengan kesiapan produksi. Kami ingin para pengrajin tenun di Pontianak mampu menjawab kebutuhan pasar, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas,” tutupnya. (*)