Puluhan Ribu Jamaah Padati Pasar Flamboyan, UAS Gema Persatuan di Haul Habib Muhammad

Ustadz Abdul Somad bersama Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono saat tiba di Pasar Flamboyan untuk menghadiri Maulid Akbar dan Haul Habib Muhammad bin Abdullah Al Muthahar. Foto ist.

HARIAN KALBAR (PONTIANAK) – Lautan manusia membanjiri kawasan Pasar Flamboyan, Sabtu malam 5 Oktober 2025, dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul ke-114 Habib Muhammad bin Abdullah Al Muthahar. Di bawah tema besar “Indonesia Damai,” ribuan hati bersatu dalam dzikir, doa, dan cinta—bukan hanya kepada Rasulullah, tapi juga kepada tokoh ulama besar yang warisannya tak lekang oleh waktu.

Puncak acara diisi oleh kehadiran penceramah nasional yang sangat dinanti, Ustadz Abdul Somad (UAS). Suaranya menggema mengisi ruang malam Pontianak, menyatukan puluhan ribu jamaah yang datang dari berbagai penjuru Kalimantan Barat, bahkan luar provinsi dan negeri tetangga.

Bacaan Lainnya
Puluhan ribu orang memadati sepanjang Jalan Gajah Mada Pasar Flamboyan untuk menghadiri Maulid Akbar dan Haul Habib Muhammad bin Abdullah Al Muthahar. Foto ist.

Dalam tausiyahnya, UAS menekankan bahwa haul dan maulid bukan sekadar ritual tahunan, tetapi momentum spiritual untuk menumbuhkan cinta kepada Allah dan Rasul, sekaligus memperkuat tali persaudaraan di tengah perbedaan.

“Habib Muhammad sudah wafat 114 tahun lalu, tapi masih mampu menggerakkan puluhan ribu orang untuk berkumpul malam ini. Itu tanda bahwa beliau adalah wali Allah,” ujarnya disambut takbir dan air mata haru dari para jamaah.

Lebih dari sekadar ceramah, UAS membangkitkan kesadaran bersama tentang pentingnya menjaga kerukunan di era yang penuh fitnah digital. Ia memuji Pontianak sebagai kota yang menjadi bukti nyata bahwa perbedaan suku, agama, dan budaya bukan penghalang untuk bersatu.

“Fitnah di internet tidak mampu memecah belah kita. Yang datang malam ini bukan hanya umat Islam, tapi semua warga yang cinta damai,” tegasnya penuh semangat.

Dalam tausiyahnya, UAS mengurai tiga pelajaran penting dari peringatan malam itu: hanya Allah yang mampu menggerakkan hati manusia; amal saleh akan selalu hidup, bahkan setelah pelakunya tiada; dan nilai seseorang lebih tampak setelah kematiannya.

“Habib Muhammad tak punya media sosial, tapi namanya tetap harum. Itu karena cintanya kepada Allah dan umat, dan karena amalnya yang ikhlas,” tuturnya.

Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, turut hadir dan memberikan apresiasi atas kekompakan masyarakat dan panitia. Ia menyebut acara ini sebagai bukti kuatnya persatuan di tengah keberagaman.

“Pontianak adalah kota yang hidup damai dengan perbedaan. Maulid dan haul malam ini menguatkan nilai-nilai itu,” katanya bangga.

Ketua Panitia, Syarif Iwan Taruna Alkadrie, tak kuasa menyembunyikan rasa harunya. Ia menyebut kehadiran UAS sebagai jawaban dari doa panjang masyarakat Pontianak.

“Sudah lama kami menanti beliau hadir. Malam ini, Allah kabulkan,” ujarnya dengan suara bergetar.

Ia juga memohon maaf kepada warga sekitar atas penutupan jalan dan segala ketidaknyamanan selama acara berlangsung. Namun ia yakin, “Semoga yang datang membawa berkah, dan yang merasa terganggu juga mendapat bagian dari keberkahannya.”

Malam itu, Pontianak tak hanya bersatu dalam peringatan haul, tetapi juga dalam harapan—agar damai, cinta, dan keberkahan terus hidup di bumi Khatulistiwa. (*)