HARIAN KALBAR (PONTIANAK) – Di tengah semarak peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), Kota Pontianak, Kalimantan Barat, menyuarakan semangat kebangkitan melalui cara yang tidak biasa—gerakan ketahanan pangan berbasis komunitas.
Bukan sekadar seremoni atau pidato kenegaraan, semangat ini diwujudkan melalui lomba “Pekarangan Pangan Bergizi” yang digelar berkat kolaborasi antara Polresta Pontianak dan Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Pontianak.
Menurut Kasat Binmas Polresta Pontianak, AKP Suharto, kegiatan ini adalah wujud nyata dukungan terhadap program nasional ketahanan pangan. “Satu Polsek wajib menunjuk satu kelurahan percontohan,” ujarnya, Jumat 23 Mei 2025.
Menurutnya, ini bukan sekadar lomba, melainkan gerakan bersama untuk mengedukasi dan menginspirasi masyarakat agar memanfaatkan lahan sempit demi ketersediaan pangan mandiri.
Lima Polsek di Pontianak masing-masing menunjuk kelurahan percontohan untuk lomba ini. Lokasinya tersebar dari Pontianak Selatan hingga Pontianak Utara, menghadirkan pekarangan sederhana yang kini menjadi simbol ketahanan dan kemandirian pangan.
Beberapa lokasi unggulan meliputi Kelurahan Kota Baru (Pontianak Selatan) – KWT Temukawak & pekarangan milik A. Zazuku. Kelurahan Sungai Jawi (Pontianak Kota) – KWT Rumput Hias & pekarangan Sdri. Bong Cie Mie. Kelurahan Pal Lima (Pontianak Barat) – Pekarangan milik Bapak Usman & Poktan Mitra BPP. Kelurahan Saigon (Pontianak Timur) – Pekarangan milik Bapak M. Husein & Sugito dan Kelurahan Siantan Hilir (Pontianak Utara) – KWT Pegage & KWT Super Mantul
Dari sayuran, rempah-rempah, hingga budidaya ikan air tawar, semuanya tumbuh subur di halaman rumah warga, membawa manfaat nyata bagi keluarga dan lingkungan sekitar.
Penilaian dilakukan dua hari oleh tim juri gabungan dari Polresta Pontianak dan dinas terkait. Dari segi teknis hingga semangat gotong royong, semua aspek menjadi sorotan. Di balik setiap kebun mini, ada kerja keras dan kebanggaan kolektif yang dirayakan.
Pendamping yang Menyatukan
Tim penilai turut didampingi personel kepolisian yang menjembatani komunikasi antara peserta dan juri. Mereka memastikan proses berjalan adil, lancar, dan menginspirasi.
Kegiatan ini bukanlah tujuan akhir, tetapi langkah awal menuju ketahanan pangan berkelanjutan. Pontianak telah membuktikan bahwa dari gang sempit hingga halaman rumah, perubahan besar bisa dimulai. Bahwa kebangkitan nasional bisa lahir dari tanah pekarangan.
Melalui lomba ini, masyarakat tidak hanya diberdayakan, tetapi juga diberikan warisan nilai: bahwa menjaga ketahanan pangan adalah tanggung jawab bersama. Bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk anak cucu kelak.
Hari Kebangkitan Nasional 2025 di Pontianak tak hanya menjadi simbol refleksi, tetapi juga menjadi aksi nyata. Ketahanan pangan bukan lagi wacana—ia tumbuh, dirawat, dan dipanen bersama. Dari halaman rumah menuju kebangkitan bangsa. (*)