HARIAN KALBAR (PONTIANAK) — Pemerintah Kota Pontianak semakin serius membenahi sistem pengelolaan sampah. Dengan mengusung konsep “Kumpul, Angkut, Olah”, Pemkot menargetkan 100 persen sampah warga terkelola pada tahun 2029, sebagai bagian dari upaya mewujudkan kota yang bersih, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
Saat ini, baru sekitar 25 persen dari total sampah harian—yang mencapai 411,96 ton—berhasil dikelola dengan baik. Hal ini menjadi alarm bagi Pemkot, mengingat keterbatasan lahan pembuangan dan ancaman lingkungan yang terus meningkat.
“Pontianak waktu kita tinggal lima tahun. Kalau tidak selesai, mau buang sampah ke mana lagi? Kita tidak punya lahan sebesar itu lagi,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pontianak, Syarif Usmulyono, saat menerima kunjungan media di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Edelweis, Rabu 10 September 2025.
Pontianak telah meninggalkan sistem open dumping yang mencemari lingkungan, dan kini mengadopsi metode sanitary landfill serta skema Reduce, Reuse, Recycle (3R). Lebih dari itu, Pemkot mendorong setiap rumah tangga memilah sampah sejak dari sumber, sehingga volume yang masuk ke TPA dapat ditekan secara signifikan.
Di TPST Edelweis, transformasi nyata sudah terlihat. Sampah organik diolah menjadi kompos, biogas, dan pakan maggot, sementara sampah anorganik seperti plastik dan styrofoam diolah menjadi bahan bakar alternatif. Inovasi ini menjadikan TPST bukan sekadar tempat pembuangan, tetapi juga pusat produksi energi dan ekonomi sirkular.
“Inilah alasan kami ingin TPA Batu Layang beralih fungsi menjadi TPST modern. Kami jadikan TPST Edelweis sebagai prototipe untuk transformasi skala besar ke depan,” ujar Syarif.
Transformasi ini didukung oleh program Local Service Delivery Improvement Project (LSDP), yang menargetkan Batu Layang menjadi TPST berskala industri. Langkah ini tak hanya memperpanjang umur TPA, tetapi juga membuka lapangan kerja baru melalui sektor daur ulang.
Pengelola TPST Edelweis, Wawan Setiawan, menekankan bahwa keberhasilan program sangat bergantung pada partisipasi masyarakat.
“Kalau masyarakat tidak memilah dari sumber, sistem ini tidak akan maksimal. Media punya peran penting untuk menyebarluaskan informasi ini,” ujarnya.
Kunjungan jurnalis ke TPST Edelweis menjadi ajang transparansi sekaligus edukasi. Para wartawan diajak menyaksikan langsung proses pengolahan sampah, mulai dari pemilahan hingga hasil akhir berupa produk daur ulang.
Dengan pendekatan menyeluruh dari hulu ke hilir, Pemkot Pontianak optimistis dapat mencapai target 100 persen pengelolaan sampah dalam lima tahun ke depan. Lebih dari sekadar pengelolaan, program ini juga membawa semangat baru bahwa sampah bukan lagi beban, melainkan sumber daya masa depan. (*)