HARIAN KALBAR (PONTIANAK) – Kota Pontianak kini semakin identik dengan budaya ngopi. Pertumbuhan kedai kopi di kota ini terus menunjukkan tren positif. Dalam sebulan, lebih dari lima kedai baru bermunculan—dari jalan utama hingga gang-gang kecil. Salah satu yang mencuri perhatian adalah Anomali Coffee, kafe yang baru saja diresmikan di Jalan Mujahidin, Kelurahan Akcaya, Kecamatan Pontianak Selatan.
Peresmian Anomali Coffee menjadi spesial saat Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono turun langsung ke meja barista, meracik kopi, lalu menyuguhkannya kepada para tamu undangan. Aksi itu disambut antusias dan menjadi simbol dukungan pemerintah terhadap geliat industri kopi lokal.
“Setiap bulan selalu ada kedai kopi baru. Ini bukan tren sesaat, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan budaya warga Pontianak,” ujar Edi usai acara peresmian, Jumat 12 September 2025.
Menurut Edi, perkembangan ini tidak hanya memperkaya pilihan tempat nongkrong, tetapi juga menggerakkan roda ekonomi kota. Ia menyebut konsumsi kopi di Pontianak bisa mencapai 400–500 kilogram per hari, angka yang besar jika dibandingkan dengan kapasitas produksi perkebunan kopi di Kalimantan Barat yang masih terbatas.
“Potensi bisnis kopi di Pontianak sangat besar. Saya berharap anak-anak muda bisa lebih kreatif dalam inovasi menu dan suasana kedai agar bisa menangkap peluang ini,” tambahnya.
Sementara itu, Irvan Helmi, co-founder sekaligus pemilik Anomali Coffee, mengungkapkan rasa terima kasih atas sambutan hangat masyarakat Pontianak. Ia menyampaikan bahwa sejak awal berdiri pada 2007, misi Anomali adalah memperkenalkan kopi asli Indonesia kepada masyarakat luas—tidak hanya sebagai minuman, tetapi sebagai produk budaya dan edukasi.
“Dulu kopi hanya dikenal dari kemasan instan. Kami ingin mengenalkan kopi dari bijinya, dari proses roasting sampai penyajian. Dan Pontianak punya kultur kopi yang kuat, jadi ini kota yang sangat ideal,” ucap Irvan.
Ia juga menekankan pentingnya membangun kolaborasi antarpelaku usaha kopi. Menurutnya, keberagaman rasa, konsep, dan pendekatan adalah kekuatan yang bisa membentuk ekosistem kopi yang sehat dan saling mendukung.
“Setiap kedai punya cerita dan karakter sendiri. Ini bukan soal persaingan, tapi soal menghidupkan semangat berkarya bersama,” jelasnya.
Peresmian outlet ke-17 Anomali Coffee ini turut dihadiri dua pendirinya, Irvan Helmi dan Agam, yang sekaligus menegaskan komitmen mereka terhadap pengembangan kopi nusantara. Anomali hadir bukan hanya untuk berbisnis, tapi juga untuk menjadikan kopi Indonesia tuan rumah di negeri sendiri.
Dengan dukungan pemerintah dan semangat kolaboratif para pelaku industri, Pontianak kini tak hanya dikenal sebagai kota seribu sungai, tapi juga mulai menjelma sebagai kota seribu kedai kopi. (*)