HARIAN KALBAR (PONTIANAK) – Musibah kebakaran melanda permukiman padat penduduk di Tanjung Baladewa, Kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Jumat siang 16 Mei 2025. Kobaran api yang bermula dari lantai atas salah satu rumah warga sekitar pukul 12.00 WIB dengan cepat merembet ke bangunan di sekitarnya.
Sebanyak tujuh rumah hangus terbakar, menyebabkan lebih dari tujuh kepala keluarga kehilangan tempat tinggal. Dalam satu rumah, tercatat bisa dihuni tiga hingga empat KK, sehingga jumlah warga terdampak diperkirakan lebih dari 25 orang.
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, turun langsung ke lokasi kejadian sekitar pukul 15.15 WIB dengan menyeberangi sungai menggunakan speedboat. Ia langsung meninjau kondisi warga terdampak dan menginstruksikan penanganan cepat oleh perangkat daerah terkait.
“Ini korbannya ada tujuh rumah habis terbakar. Kami masih selidiki penyebabnya. Yang jelas, penanganan cepat harus dilakukan agar warga bisa segera terbantu,” ujar Edi di lokasi.
Pemerintah Kota Pontianak melalui berbagai dinas dan lembaga kemanusiaan segera mengerahkan bantuan. Dimana diantaranya Dinas Sosial menyalurkan bahan makanan pokok.
BPBD menyediakan selimut, kompor, dan peralatan dapur. Palang Merah Indonesia (PMI) turut menyalurkan pakaian dan perlengkapan harian.
Sementara ini, para korban mengungsi di rumah kerabat dan tetangga terdekat. Pemkot juga melakukan pendataan untuk merancang langkah lanjutan, termasuk kemungkinan bantuan perbaikan atau bedah rumah.
“Kami akan lihat dulu tingkat kerusakannya. Jika memungkinkan, bantuan bedah rumah akan diberikan,” kata Edi.
Dalam kesempatan itu, Edi juga mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi kebakaran, terutama saat cuaca panas ekstrem seperti saat ini.
“Saya imbau warga untuk rutin memeriksa instalasi listrik dan tidak membakar sampah sembarangan. Cuaca sekarang makin panas, risiko kebakaran juga makin tinggi,” tegasnya.
Pemkot juga mengajak warga, organisasi sosial, dan para dermawan untuk bergotong royong meringankan beban para korban kebakaran, baik melalui bantuan langsung maupun donasi.
Salah satu korban, Syarifah Fardiana, menceritakan detik-detik saat api melalap rumahnya. Saat itu, ia tengah menggendong cucunya, sementara anaknya masih tertidur di lantai atas.
“Api datang dari rumah tetangga, dari atas. Saya langsung panik, cuma sempat selamatkan anak dan cucu. Barang-barang habis semua. Api sudah besar sekali,” tuturnya dengan suara bergetar.
Syarifah, yang sehari-hari berjualan sosis, kehilangan seluruh perlengkapan usahanya: gerobak, pembakar, bahan makanan, bahkan uang pinjaman hampir **Rp5 juta** yang baru diterimanya untuk modal usaha juga hangus terbakar.
“Duit tinggal 500 rupiah di tangan ini. Baju anak habis, alat jualan habis, rumah tak ada lagi. Saya bingung harus mulai dari mana,” lirihnya.
Suaminya, Sayuti Arani, yang tinggal bersama delapan anggota keluarga, termasuk anak dan menantu, juga kehilangan tempat tinggal. Rumah mereka kini tinggal puing-puing hitam tak berbentuk.
“Alhamdulillah anak yang tidur di atas sempat kami selamatkan. Kalau terlambat sedikit saja, mungkin sudah lain ceritanya,” katanya penuh syukur.
Kini, mereka hanya bisa berharap bantuan dari pemerintah dan para dermawan untuk kembali bangkit dan membangun kehidupan dari awal. (*)