HARIAN KALBAR (PONTIANAK) – Selama bulan puasa, umat Islam tidak makan dan minum dari fajar hingga matahari terbenam. Kondisi ini sering menyebabkan bau mulut akibat berkurangnya produksi air liur yang berfungsi membersihkan bakteri dalam mulut.
Dokter Gigi, Dinda Prita Sari, mengungkapkan bahwa kekurangan air liur dan tidak makan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan perkembangan bakteri di dalam mulut lebih cepat. Bakteri ini memecah sisa makanan dan menghasilkan senyawa sulfur yang berbau tidak sedap.
Hal tersebut disampaikan Dinda saat memberikan edukasi kepada 20 pasien dan pengunjung di ruang tunggu klinik penyakit dalam RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak, Kamis 27 Maret 2025.
“Kurangnya produksi air liur serta jarang menyikat gigi dan membersihkan lidah, masalah kesehatan gigi dan gusi, mengonsumsi makanan berbau, kebiasaan merokok, serta adanya penyakit tertentu seperti asam lambung, sinusitis, dan diabetes dapat menyebabkan bau mulut,” lanjutnya.
Bau mulut bisa mengganggu kepercayaan diri seseorang dan memengaruhi kesehatan gigi dan gusi. Jika tidak diatasi, masalah ini dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius seperti gigi berlubang, radang gusi, atau penyakit gigi lainnya.
Menurut Dinda, beberapa tips untuk mengatasi bau mulut selama puasa antara lain yaitu Rutin menyikat gigi setelah sahur dan sebelum tidur, Membersihkan lidah dengan alat pembersih lidah, Menggunakan benang gigi untuk membersihkan sisa makanan di sela-sela gigi, Mengonsumsi cukup air putih (1,5-2,5 liter per hari) dan Membatasi konsumsi makanan manis serta menghindari merokok.
“Jika setelah melakukan tindakan di atas bau mulut masih tetap ada, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter gigi terdekat dan melakukan kontrol rutin setiap enam bulan sekali,” pungkasnya. (*)