Sebagai Perpanjangan Tangan Pemerintah, KJRI Kuching Serius Perhatikan Pendidikan Anak Indonesia di Sarawak

Konjen RI Kuching, Raden Sigit Witjaksono. Foto Ilham.

HARIAN KALBAR (KUCHING)- Meski berada di luar negeri khususnya untuk anak-anak usia sekolah yang mengikuti para orang tuanya bekerja, tetap menjadi perhatian serius dari Konsulat Jenderal RI (KJRI) yang merupakan perpanjangan tangan Pemerintah RI di Sarawak, Malaysia.

Terkait hal itu, Konjen RI Kuching, Raden Sigit mengatakan penyediaan sarana pendidikan untuk anak-anak usia sekolah tingkatan TK dan SD di wilayah Sarawak ini sedapat mungkin diupayakan. Hal itu dilakukan bekerjasama dengan pihak pemerintah Sarawak Malaysia yang menanggani dunia pendidikan dan perusahaan-perusahaan khususnya perusahaan perkebunan kelapa sawit tempat para Warga Negara Indonesia/Pekerja Migran Indonesia (WNI/PMI) banyak bekerja.

Bacaan Lainnya

“Untuk menyediakan tempat pendidikan itu sudah lama dilakukan, dan disini ada yang namanya Community Learning Centre (CLC). Di CLC ini anak-anak kita dapat mengenyam pendidikan atau sekolah informal mulai dari tingkatan TK dan SD. Dan memang dalam dua tahun belakangan ini keberadaan CLC menjadi perhatian serius kami. Dimana untuk saat ini jumlah CLC sudah cukup banyak didirikan oleh perusahaan-perusahaan perkebunanan sawit di Sarawak dimana banyak WNI/PMI bekerja,” ungkap Raden Sigit Witjaksono di Kuching, Sabtu 22 Juni 2024.

Sigit menyatakan saat ini di seluruh wilayah Sarawak jumlah CLC di perkebunan sawit yaitu 64 CLC yang aktif. Dan, terkait pendidikan di CLC ini, Kementerian Pembangunan Pendidikan Kanak-kanak Sarawak Malaysia sangat memahami dan mendukung tersedianya sarana pendidikan berupa CLC ini.

“Kerena mereka juga sangat memahami bahwa untuk mendapatkan pendidikan itu merupakan hak kita semua, terutama bagi anak-anak dimanapun berada. Dan mereka tidak melihat warga atau bangsa mana anak-anak itu berasal untuk mendapatkan mengenyam pendidikan. Itu yang mereka sampaikan kepada kami,” ujar Sigit.

Namun demikian pengeyaman pendidikan di CLC ini ada batasannya, dan itu hanya untuk usia TK dan usia SD saja. Kemudian apa bila sudah tamat SD di CLC, anak-anak ini dapat melanjutkan pendidikannya di daerah asal orang tuanya masing-masing di Indonesia. Terkait hal itu kata Sigit, KJRI Kuching selalu mengimbau dan mendorong para orang tua (PMI) agar anak-anaknya tetap terus melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP di Indonesia.

“Anak-anak ini dapat melanjutkan ke jenjang sekolah lebih tinggi di tanah air, Kami dari KJRI Kuching menyarankan agar anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikannya, lebih baik dapat di hantar pulang ke daerah asal orang tuanya masing-masing. Anak-anak ini dipastikan dapat melanjukan pendidikan di sekolah-sekolah di tanah air, karena saat mereka sekolah dan terdaftar di CLC, maka mereka sudah mendapatkan Nomor Induk Siswa Nasional,” kata Sigit.

Ditambahkannya, adapun jumlah murid yang mengenyam pendidikan di CLC di seluru Sarawak yaitu diperkirakan sekitar 2600 san siswa. Para siswa itu tersebar, ada yang di CLC perusahaan sawit di daerah Miri, Bintulu, Sibu, Ladong Semujan dan lain sebagainya di Sarawak, Malaysia.

Konjen RI Kuching juga mengakui saat ini jumlah guru bina yang di sediakan oleh pemerintah RI belum mencukupi.

“Saat ini jumlah guru bina dari Jakarta sekitar 20 orang saja untuk mengajar di sekitar 64 CLC . Kemudian dengan segala upaya bekerjasama dengan pihak perusahaan-perusahaan perkebunan sawit, para guru bina itu dibantu oleh para guru pamong (guru bantu). Guru pamong ini di rekrut oleh pihak perusahaan dan kini jumlahnya sekitar 120 orang guru pamong, dan mereka itu tersebar mengajar di CLC-CLC yang ada di perusahaan sawit,” ungkat Sigit.

Sigit menambahkan, meski kondisi saat ini penyediaan pendidikan bagi anak-anak para WNI/PMI belum memadai, namun Pemerintah RI melalui KJRI kuching terus akan berupaya agar bagaimana anak-anak Indonesia usia sekolah yang ada di Sarawak dapat mengeyam dan menamatkan pendidikan seperti di CLC-CLN ini.

“Kami terus bekerjasama dengan otoritas setempat dan pihak perusahaan tempat para WNI/PMI bekerja. Kami juga akan terus berupaya agar seluruh anak-anak Indonesia di Sarawak ini dapat bersekolah dan menamatkan pendidikan SD,” pungkasnya. (Sy)