Konektivitas Transpotasi di Pulau Borneo Saling Menguntungkan Bagi Tiga Negara di kawasan ASEAN

Konjen RI Kuching, Raden Sigit Witjaksono. Foto Ilham Febriansyah

HARIAN KALBAR (KUCHING) -Konektivitas transpotasi jalan darat tiga negara di kawasan ASEAN khususnya berada di Pulau Kalimantan (Borneo) di awali sejak Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong di buka dan beroperasi pada 1 Oktober 1989, PLBN Entikong ini terletak di Jalan Malindo, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat antara Indonesia di dan Malaysia di Sarawak. Dimana awalnya pos linta batas itu di bawah naugan pemerintah Kabupaten Sanggau dan kemudian diambil alih serta dikelola oleh Pemprov Kalbar hingga akhirnya kemudian pos lintas batas ini berada dibawah naungan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Kementerian Dalam Negeri.

Berjalannya waktu dan dinilai adanya saling menguntungkan, maka konektivitas transpotasi jalan darat yang tadinya hanya antara Indonesia dan Malaysia, kemudian konektivitas transpotasi jalan darat itu lanjutkan dengan konektivitas ke Brunei Darussalam.

Bacaan Lainnya

“Perbedaan kondisi dulu dan saat ini khususnya antara Indonesia (Kalbar), Sarawak Malaysia dan Brunei Darussalam setelah infrastruktur dan transportasi ASEAN terkoneksi, intinya kondisi saat ini jauh lebih terkoneksi secara infrastruktur dan transportasi melalui laluan atau lintasan transportasi darat bus seperi bus Damri, Biara Mas dan lainnya. Bahkan saat ini direncanakan akan ditambah dengan rute Kuching-Singkawang kedepannya,” kata Konsulat Jenderal RI (KJRI) Kuching, Raden Sigit Witjaksono di Kuching, Sarawak Malaysia, Sabtu.

Konjen RI Kuching mengatakan melalui transportasi udara Indonesia, Sarawak Malaysia dan Brunei Darussalam saat ini sudah terkoneksi melalui direct flight Kuching-Jakarta seminggu 3 kali, selain itu dari Brunei terdapat pesawat Royal Brunei ke Jakarta. Rencana kedepan akan didorong dibukanya kembali rute penerbangan Kuching-Pontianak.

“Dibukanya rute penerbangan Kuching-Pontianak ini sangat dinantikan oleh masyarakat terutama Sarawak dan Kalbar karena ini saling menguntungkan dari kedua sisi, plus nantinya juga akan di buka rute penerbangan Kuching-Balikpapan yang letaknya berdekatan dengan IKN Nusantara, ibukota baru Indonesia,” kata Raden Sigit Witjaksono.

Menurutnya kondisi ini tentunya dapat mendorong potensi kerjasama atau kolaborasi lebih lanjut anata Indonesia dan Sarawak Malaysia sebagai tetangga terdekat. Selain itu, akan diselesaikannya pembangunan jalan Pan Borneo oleh otoritas Sarawak dan juga harapan untuk Trans Kalimantan akan memperkuat perwujudan kerjasama semua pihak di pulau ini (Indonesia, Sarawak-Sabah Malaysia dan Brunei Darussalam) guna mendatangkan manfaat bersama kedepannya.

Adapun dampak konektivitas ASEAN terhadap perekonomian serta aktivitas ekonomi dan perdagangan sejak dibukanya PLBN Entikong-Tebedu Sarawak, Konjen RI Kuching mengatakan bisa dilihat adanya meningkatnya intensitas lintasan baik dari sisi lalu lintas orang, kendaraan maupun barang atau produk-produk, baik itu dari Kalbar ke Sarawak maupun sebaliknya.

Memang ujarnya, nilai perdagangan saat pandemi sangat kecil atau hampir boleh dikatakan tidak ada karena border tertutup. Namun hal itu kembali meningkat sejak bulan April 2022 dimana PLBN Entikong dan Aruk dibuka kembali. Kemudian disusul dengan dibukanya PLBN Nanga Badau di bulan Juli 2022.

“Khusus di Aruk dan Entikong, nilai perdagangan setiap harinya mencapai sekitar Rp200-300 juta atau totalnya sekitar Rp6 milyar sebulannya. Sedangkan lalu lintas orang juga meningkat pesat dari sediki bahkan hampir nol saat pandemi menjadi hampir 1000 setiap harinya. pada saat yang sama lalu lintas kendaraan juga meningkat menjadi hampir 100 setiap harinya, apa lagi saat pencak di weekend atau musim liburan Hari Raya dan lainnya,” ungkap Sigit.

Konjen menyebutkan, saat ini di PLBN Entikong adanya marketing point yg dikembangkan oleh Kemendag juga diharapkan dapat mendorong peningkatan lintasan produk dari Kalbar ke Sarawak dan begutu juga sebaliknya. Plus dibantu dengan adanya peran Everrise Supermarket di Sarawak yang juga menampung atau mengakomodir sejumlah produk dari Indonesia (Kalbar, Kaltara dan lainya) untuk dibantu promosi penjualannya di Sarawak Malaysia.

Menyinggung dampak konektivitas ASEAN terhadap sosial budaya antar people-to-people contact, Sigit menjelaskan dampak konektivitas ketiga negara ASEAN ini terlihat semakin membuka peluang dan meningkatnya interaksi (silaturahmi) antar warga Indonesia (Kalbar, Kaltara dan lain) dengan warga Sarawak Malaysia hingga Sabah dan Brunei Darussalam. Hal ini karena lebih mudah saling kunjung antar warga apalagi ditmbh kedekatan hubungan kekerabatan atau keluarga diantara warga terutama di kedua sisi yaitu Kalbar & Kaltara dengan Sarawak,

“Hal itu terjadi terutama terhadap mereka yang tinggal di sepanjang perbatasan (border). Selain itu, meningkatnya penyelenggaraan event sepeti Borneo Culture Festival dimana tampil tim tari Singkawang plus tim angklung Bandung Jabar, serta event lainnya yaitu World Rainforest dimana tampil grup band Indonesia. Kemudian ditambah adanya ajang atau wahana lainnya seperti fashion show dan sebagainya, yang membuat semakin menambah kedekatan antar warga dari kedua belah pihak,” tutur Sigit.

Sigit menambahkan, berbagai event dilangsungkan tidak hanya di Sarawak, namun juga di Kalbar dan daerah lainnya seperti Jakarta (Java Jazz, pameran Inacraft dan lainya). Ini tentu semakin mempererat hubungan kerjasama dan kolaborasi antar warga diantara Sarawak Malaysia dengan Indonesia secara lebih luas lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *