HARIAN KALBAR (PONTIANAK) – Meski sudah berusia lanjut, Syamsi (67) tidak hanya menikmati masa pensiun, tetapi juga aktif berbagi keahliannya dalam membuat miniatur Tugu Khatulistiwa dari bahan akrilik. Pada Kamis, 14 November 2024, ia menjadi salah satu narasumber dalam pelatihan keterampilan pembuatan miniatur yang digelar oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Kota Pontianak, bekerja sama dengan Dekranasda Kota Pontianak. Kegiatan ini berlangsung di Gedung UMKM Center, dengan peserta yang terdiri dari siswa SMK dan anggota komunitas.
Dalam pelatihan tersebut, Syamsi mengajarkan para peserta cara merakit bahan-bahan menjadi miniatur ikon Kota Pontianak. Ia memanfaatkan teknologi laser untuk memotong bagian-bagian akrilik yang akan dirakit menjadi Tugu Khatulistiwa, sebuah metode yang mempermudah proses pembuatan dibandingkan dengan cara manual yang biasa digunakan sebelumnya.
“Teknologi laser membuat pengerjaan lebih mudah. Dulu, semuanya dilakukan secara manual, tapi sekarang kami bisa memotong dan membentuk bahan dengan lebih presisi dan cepat,” ujar Syamsi saat memimpin pelatihan.
Antusiasme para peserta sangat tinggi, dan mereka langsung mempraktikkan teknik yang diajarkan Syamsi. Selain memberi pemahaman tentang cara merakit, Syamsi juga menekankan pentingnya mengenal karakter bahan, sifat-sifatnya, serta penggunaan lem yang tepat untuk memastikan miniatur yang dihasilkan kuat dan rapi.
“Setelah paham dasar-dasarnya, baru kita kenali bahan dan sifat-sifatnya, termasuk lem yang digunakan. Itu semua sangat penting untuk menghasilkan miniatur yang berkualitas,” kata Syamsi.
Selama lebih dari 40 tahun, Syamsi telah menggeluti dunia pembuatan miniatur Tugu Khatulistiwa. Produksi miniatur yang ia buat berkisar antara 50 hingga 100 unit, tergantung pesanan. Namun, baginya, berbagi ilmu kepada generasi muda adalah hal yang lebih berarti.
“Tujuan saya mengajar para siswa ini adalah agar mereka memiliki keterampilan yang bisa mereka gunakan untuk masa depan. Selain itu, dengan membuat miniatur Tugu Khatulistiwa, mereka juga bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap Kota Pontianak,” jelas Syamsi.
Salah satu peserta, Ibnu, siswa SMK Negeri 6 Pontianak, mengaku senang bisa mengikuti pelatihan ini. Bagi Ibnu, membuat miniatur Tugu Khatulistiwa adalah tantangan tersendiri karena bentuknya yang kecil dan membutuhkan ketelitian.
“Miniatur ini kecil, jadi perlu ketelitian dan ketekunan dalam membuatnya. Ini pengalaman pertama saya, dan saya sangat senang bisa belajar langsung dari ahlinya,” ujar Ibnu.
Ibnu juga berharap dapat mengembangkan keterampilannya lebih lanjut dan memproduksi miniatur Tugu Khatulistiwa untuk dipasarkan.
“Setelah pelatihan ini, saya dan teman-teman ingin mencoba memproduksi miniatur ini dan mudah-mudahan bisa dipasarkan,” katanya.
Penjabat (Pj) Ketua Dekranasda Kota Pontianak, Giarti Pancaksani Suwarsaningsih, yang membuka workshop ini, berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi para pelaku seni dan kerajinan di Kota Pontianak. Menurutnya, semakin sedikit generasi muda yang tertarik untuk menjadi bagian dari dunia kriya, terutama yang berkaitan dengan produk lokal.
“Penting bagi kita untuk menjaga kecintaan terhadap produk lokal dan kebudayaan kita. Workshop ini diharapkan dapat melahirkan kreasi-kreasi baru yang inovatif namun tetap mengedepankan keaslian dan nilai lokal,” ujar Giarti.
Workshop ini diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari berbagai latar belakang, dan akan berlangsung hingga 15 November 2024. Giarti menekankan, bahwa pelatihan ini bukan hanya untuk menciptakan produk, tetapi juga untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi di dunia kerajinan, dengan harga yang terjangkau dan tetap mempertahankan kualitas. (*)