HARIAN KALBAR (PONTIANAK) – Dispepsia, atau sering disebut sebagai gangguan pencernaan, merujuk pada kumpulan gejala yang terkait dengan saluran pencernaan atas. Gejala-gejalanya meliputi rasa nyeri atau tidak nyaman di area perut bagian atas (epigastrium/uluhati), sensasi terbakar, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, mual, hingga muntah.
Meskipun sering dianggap masalah ringan, dispepsia bisa menjadi tanda adanya gangguan serius apabila disertai penurunan berat badan, muntah terus-menerus, demam, atau perdarahan saluran cerna.
Dokter Nihayatus Solikhah, saat memberikan informasi mengenai dispepsia di RSUD SSMA Kota Pontianak pada Selasa, 26 November 2024, menegaskan pentingnya mengenali gejala-gejala tersebut sejak dini dan mendapatkan penanganan yang tepat.
“Dispepsia dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama adalah dispepsia organik, yang disebabkan oleh kelainan struktural, seperti tukak lambung, gastritis, batu empedu, atau hepatitis. Sedangkan jenis kedua adalah dispepsia fungsional, yaitu gejala dispepsia tanpa kelainan struktural, yang sering kali disebabkan oleh faktor makanan atau masalah psikologis,” jelas dr. Nihayatus.
Gejala dispepsia yang paling umum, menurut dr. Nihayatus, adalah rasa nyeri atau terbakar di bagian epigastrium, sensasi perut penuh setelah makan, atau cepat kenyang meskipun makan dalam porsi kecil. Jika seseorang mengalami lebih dari satu gejala tersebut, bisa jadi ia menderita dispepsia fungsional.
Faktor risiko untuk dispepsia fungsional antara lain adalah stres, konsumsi makanan tinggi lemak, kafein, coklat, serta penggunaan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan ibuprofen.
“Jika gejala dispepsia berlangsung selama lebih dari tiga bulan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui penyebab pastinya dan mendapatkan pengobatan yang tepat,” tambahnya.
Pencegahan dispepsia dapat dilakukan dengan menghindari makanan atau minuman yang memicu gangguan pencernaan, makan dalam porsi kecil dengan frekuensi lebih sering, serta mengunyah makanan secara perlahan dan menyeluruh. Selain itu, setelah makan, hindari langsung berbaring dan usahakan untuk meninggikan tubuh bagian atas saat tidur. Menjaga berat badan ideal dan rutin berolahraga juga dapat membantu mencegah dispepsia.
“Perubahan gaya hidup yang sederhana dapat membantu meringankan atau bahkan mencegah terjadinya dispepsia,” tutup dr. Nihayatus. (*)