HARIAN KALBAR (PONTIANAK) – Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan neuropsikologis yang memengaruhi cara seseorang berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan memproses informasi dari lingkungan sekitarnya. Meskipun penyebab pasti ASD belum diketahui, beberapa faktor, termasuk genetik, lingkungan, dan perkembangan otak, diduga berkontribusi terhadap kejadian gangguan ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Deni Dwi Yulianti, S.Ftr, dalam sebuah sesi edukasi kepada 16 pasien dan pengunjung RSUS SSMA Kota Pontianak, Selasa 19 November 2024. Deni menjelaskan, ASD dapat dikenali melalui gejala-gejala seperti kesulitan dalam interaksi sosial dan komunikasi, seperti kesulitan memahami isyarat sosial, membangun hubungan dengan orang lain, serta mengekspresikan diri secara verbal atau non-verbal.
“Anak dengan ASD juga seringkali menunjukkan minat yang terbatas dalam komunikasi timbal balik,” ujar Deni.
Selain itu, Deni menambahkan bahwa gejala lain dari ASD dapat mencakup pola perilaku berulang, ketertarikan yang sangat intens pada benda-benda tertentu, kesulitan dalam menghadapi perubahan rutinitas, serta respon sensorik yang tidak biasa. Misalnya, anak dengan ASD bisa menunjukkan hipersensitivitas terhadap suara atau cahaya.
Penanganan yang tepat, seperti fisioterapi, dapat membantu menstimulasi perkembangan anak dengan ASD, terutama dalam gangguan motorik, sensorik, kognitif, dan perilaku. Teknik relaksasi, stretching otot, penguatan otot postural, serta latihan keseimbangan dan sensori integrasi sangat penting dalam terapi tersebut.
“Penting bagi orang tua untuk waspada dan segera berkonsultasi dengan dokter jika anak menunjukkan gejala seperti tidak ada babbling, kesulitan berbicara, tidak ada interaksi sosial, atau kemunduran dalam fungsi bicara dan interaksi sosial sebelum usia dua tahun,” imbau Deni.
Edukasi tentang ASD sangat penting untuk memastikan deteksi dini dan penanganan yang tepat, sehingga anak-anak dengan ASD dapat menerima dukungan yang mereka perlukan untuk berkembang secara optimal. (*)