HARIAN KALBAR (KUBU RAYA) – Di tengah tantangan perubahan iklim dan lonjakan harga bahan pokok, warga Desa Kuala Dua, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat menemukan harapan baru lewat program Tandu Raya. Inisiatif ini digagas oleh PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan melalui Aviation Fuel Terminal (AFT) Supadio Pontianak sebagai bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Lewat pemanfaatan lahan gambut seluas 8.000 meter persegi, Tandu Raya menghadirkan pendekatan pertanian berkelanjutan dengan memadukan sistem agroforestri organik, perikanan, serta pola tanam tumpangsari. Masyarakat dilibatkan langsung dalam menanam pohon buah jangka panjang seperti durian, jengkol, petai, dan matoa. Sambil menunggu panen tanaman keras, warga juga membudidayakan jagung dan jeruk sambal yang bisa dipanen lebih cepat.
Tak hanya itu, kolam lele berisi 4.500 bibit turut dibangun sebagai sumber protein sekaligus pendapatan tambahan. Air kolam yang kaya nutrisi juga dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah sekitar.
“Program Tandu Raya diharapkan mendorong semangat kemandirian pangan dan menjadi sarana belajar serta percontohan bagi masyarakat luas,” ujar Rasyd Krisdianto, AFT Manager Supadio.
Ketua Kelompok Tandu Raya, Saban, mengaku program ini telah membawa perubahan besar bagi warga.
“Dulu kami tidak tahu kalau lahan gambut bisa diolah seperti ini. Sekarang, kami bukan hanya menanam, tapi juga belajar, merawat, dan memanen untuk keluarga,” ungkapnya,Jumat 15 Agustus 2025.
Desa Kuala Dua yang selama ini memiliki lahan gambut belum tergarap optimal, kini perlahan bangkit melalui pendampingan intensif dari Pertamina—dari penyediaan bibit, pelatihan, hingga praktik lapangan.
Area Manager Communication, Relations & CSR Regional Kalimantan, Edi Mangun, menyebut Tandu Raya sebagai langkah strategis dalam memperkuat ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan.
“Kami berharap inisiatif ini tidak hanya berdampak lokal, tapi juga menjadi model kolaborasi industri dan masyarakat dalam mengelola lahan gambut secara produktif dan berkelanjutan,” pungkasnya. (*)