Arif Satria: Haji adalah Perjalanan Spiritual yang Mengubah Hati dan Perilaku

Anggota Amirulhajj dan Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Arif Satria. Foto ist.

MAHARIAN KALBAR (KKAH) — Ibadah haji bukan sekadar perjalanan fisik ke luar negeri, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang mendalam. Haji yang mabrur, menurut Arif Satria, anggota Amirulhajj dan Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), adalah haji yang mampu mengubah hati dan berlanjut menjadi perubahan nyata dalam perilaku setelah kembali ke Tanah Air.

Hal ini disampaikan Arif saat memberikan pembekalan manasik dan edukasi kepada para jemaah haji Indonesia di Sektor 2 Makkah, Minggu 1 Juni 2025. Arif yang juga menjabat sebagai Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) mengingatkan pentingnya menyadari bahwa keberangkatan ke Tanah Suci adalah panggilan khusus dari Allah SWT, yang tidak diberikan kepada semua orang.

Bacaan Lainnya

“Kita datang ke sini bukan karena kekuatan materi, tapi karena kekuatan iman. Banyak orang sudah mendaftar tapi belum dipanggil. Ada yang wafat sebelum berangkat. Maka ini adalah momen spiritual yang patut disyukuri,” ujarnya.

Arif menegaskan bahwa rasa syukur atas kesempatan berhaji harus diwujudkan tidak hanya selama berada di Tanah Suci, tetapi juga dalam kehidupan setelahnya. Haji, katanya, seharusnya membawa pada pembaruan hati yang lebih bersih, lebih lapang, dan lebih bijaksana dalam menjalani hidup.

“Perubahan hidup selalu dimulai dari perubahan hati. Maka kita perlu terus mengasah kecerdasan dan kebersihan hati selama berada di tempat suci ini,” katanya.

Dalam paparannya, Arif juga mengajak jemaah untuk menjaga semangat spiritual haji agar tetap hidup bahkan setelah kembali ke Indonesia. Nilai-nilai kesabaran, kepasrahan, dan ketulusan yang dilatih selama ibadah haji harus menjadi karakter jemaah saat kembali ke masyarakat.

Dalam kesempatan yang sama, Arif menyampaikan bahwa sebagai bagian dari Tim Amirulhajj, dirinya dan tim turut memantau langsung kondisi dan pelayanan jemaah di lapangan. Ia mengakui bahwa meskipun panitia telah bekerja keras, tetap ada kekurangan yang mungkin dirasakan jemaah.

“Saya sendiri pernah berhaji pada 2008 melalui haji plus. Ternyata haji plus pun ada tantangannya. Tidak ada sistem yang benar-benar sempurna, apalagi dalam skala besar seperti ini,” ungkapnya.

Karena itu, Arif meminta jemaah untuk memahami situasi dan bersedia memaafkan jika masih ada layanan yang belum maksimal. Ia berharap jemaah dapat tetap fokus pada tujuan utama haji sebagai ibadah dan momentum mendekatkan diri kepada Allah SWT. (*)